Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan, banyak investor merasa cemas menghadapi volatilitas pasar. Namun, kondisi seperti ini sebenarnya bisa menjadi peluang emas bagi investor yang mengadopsi strategi dividend investing. Dalam situasi di mana harga saham blue chip anjlok, dividend investing menawarkan keuntungan yang signifikan, terutama bagi mereka yang mencari stabilitas finansial dan potensi pertumbuhan jangka panjang. Berikut adalah empat alasan utama mengapa dividend investing menjadi strategi terbaik ketika IHSG terpuruk.

1. Dividen Memberikan Cashflow Rutin yang Bisa Di Re-investasikan untuk Compounding
Salah satu daya tarik utama dari dividend investing adalah kemampuan untuk menghasilkan cashflow rutin melalui pembayaran dividen. Dividen ini biasanya dibayarkan secara berkala—baik triwulanan, semesteran, atau tahunan—dan berasal dari laba bersih perusahaan. Dalam kondisi pasar yang sedang tertekan, cashflow rutin dari dividen ini menjadi sumber pendapatan rutin yang cenderung lebih stabil bagi investor, terlepas dari fluktuasi harga saham.
Lebih dari sekadar pendapatan pasif, dividen memiliki potensi untuk menciptakan efek compounding dalam jangka panjang. Dengan menggunakan strategi reinvestasi dividen, investor dapat membeli lebih banyak saham dari perusahaan yang sama atau perusahaan lain yang memiliki fundamental kuat. Ketika dividen direinvestasikan, investor tidak hanya meningkatkan jumlah saham yang dimiliki tetapi juga memperbesar potensi pembayaran dividen di masa depan. Efek ini semakin signifikan jika dilakukan secara konsisten dalam jangka waktu panjang.
Misalnya, saham-saham blue chip seperti BBRI dengan dividend yield sekitar 9% atau BMRI dengan yield sekitar 7.5–8% memberikan peluang besar untuk reinvestasi dividen pada harga saham yang lebih rendah selama IHSG terpuruk. Ketika pasar akhirnya pulih, nilai investasi akan meningkat secara eksponensial karena efek compounding dari reinvestasi dividen tersebut.
2. Dividen Besar Mengurangi Ketergantungan Investor pada Capital Gain
Dalam kondisi pasar bearish, sulit untuk mengandalkan capital gain sebagai sumber keuntungan utama karena harga saham cenderung stagnan atau turun. Di sinilah dividend investing menunjukkan keunggulannya. Dengan dividend yield yang tinggi—seperti ASII di angka 8.5–9% atau UNTR di kisaran 9–9.5%, investor tetap mendapatkan keuntungan yang besar meskipun harga saham tidak mengalami kenaikan signifikan.
Pendekatan ini membantu memitigasi risiko ketergantungan pada fluktuasi harga saham dan memberikan stabilitas finansial bagi investor. Dividen besar memungkinkan investor untuk mendapatkan return langsung dari investasi mereka tanpa harus menjual saham untuk merealisasikan keuntungan. Hal ini sangat penting dalam kondisi pasar yang tidak menentu karena memberikan fleksibilitas kepada investor untuk tetap memegang saham berkualitas tanpa tekanan untuk menjualnya demi mendapatkan dana tunai.
Selain itu, perusahaan-perusahaan yang mampu membayar dividen besar biasanya memiliki fundamental bisnis yang kuat dan manajemen keuangan yang baik. Ini memberikan keyakinan tambahan bahwa pembayaran dividen akan berlanjut bahkan dalam kondisi ekonomi yang sulit.

3. Dividen Membantu Psikologi Investor Tetap Tenang di Tengah Ketidakpastian Pasar
Investasi di pasar saham sering kali menimbulkan tekanan psikologis, terutama ketika IHSG mengalami penurunan tajam. Namun, dividend investing menawarkan solusi psikologis bagi investor melalui aliran pendapatan rutin dari dividen. Pendapatan ini memberikan rasa aman dan kepuasan emosional karena menunjukkan bahwa investasi tetap menghasilkan nilai meskipun pasar sedang tidak stabil.
Psikologi investor sangat dipengaruhi oleh konsep mental accounting, di mana dividen dianggap sebagai pendapatan terpisah dari capital gain. Hal ini menciptakan sistem penghargaan psikologis; setiap kali menerima dividen, investor merasa bahwa investasi mereka “berhasil” menghasilkan sesuatu yang nyata dan dapat digunakan atau direinvestasikan kembali.
Dengan adanya pendapatan rutin dari dividen, investor cenderung lebih tenang dan tidak terburu-buru mengambil keputusan impulsif seperti menjual saham saat harga turun drastis. Ketahanan psikologis ini sangat penting dalam menjaga portofolio investasi tetap sehat dan berorientasi jangka panjang.
Selain itu, strategi dividend investing juga membantu mengurangi efek loss aversion, yaitu kecenderungan untuk terlalu fokus pada kerugian daripada potensi keuntungan jangka panjang. Dengan menerima dividen secara berkala, investor merasa lebih percaya diri menghadapi volatilitas pasar dan cenderung mempertahankan posisi mereka hingga pasar pulih.
4. Dividen Membantu Memanfaatkan Momentum Saham yang Turun untuk Membeli di Harga Rendah
Salah satu keuntungan unik dari dividend investing adalah kemampuan untuk memanfaatkan momentum ketika harga saham turun, terutama di tengah pasar yang sedang tertekan seperti saat IHSG melemah. Ketika harga saham-saham harganya turun, dividend yield secara otomatis menjadi lebih menarik karena yield dihitung berdasarkan dividen yang dibayarkan relatif terhadap harga saham. Kondisi ini menciptakan peluang besar bagi investor untuk membeli saham berkualitas tinggi dengan harga lebih rendah, sekaligus menikmati potensi imbal hasil dividen dan capital gain yang lebih tinggi di masa depan.
Strategi ini sering kali disebut sebagai “Buy the Dip,” yaitu membeli saham ketika harganya turun untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Dalam konteks dividend investing, strategi ini menjadi semakin relevan karena dividen yang stabil memberikan insentif tambahan untuk membeli saham di harga bawah. Saham-saham seperti BBRI, BMRI, atau UNTR, yang memiliki fundamental kuat dan dividend yield tinggi di kisaran 7.5–10%, menjadi pilihan ideal untuk strategi ini. Ketika harga saham turun sementara dividen tetap stabil, investor dapat membeli lebih banyak saham dengan modal yang sama, meningkatkan potensi pendapatan dividen di masa depan.

Kesimpulan : Kenapa Dividend Investing Jadi Strategi Terbaik
Dividend investing adalah strategi cerdas ketika IHSG terpuruk karena menawarkan kombinasi antara pendapatan rutin, potensi pertumbuhan melalui reinvestasi dividen, stabilitas psikologis bagi investor, dan kemampuan untuk memanfaatkan momentum pasar yang turun untuk beli saham di harga bawah. Dengan memanfaatkan dividend yield tinggi dari saham-saham blue chip seperti BBRI, BMRI, BBNI, ASII, dan UNTR, investor dapat membangun portofolio yang tahan terhadap volatilitas pasar sekaligus menciptakan efek compounding dalam jangka panjang.