Cara Analisa Saham Dividen Terbaik Untuk Dividend Investing

Investasi saham dividen atau dividend investing menjadi salah satu strategi favorit bagi investor yang ingin meraih pendapatan pasif sambil menikmati potensi pertumbuhan modal. Saham dividen terbaik menawarkan kombinasi stabilitas dan keuntungan jangka panjang, menjadikannya pilihan ideal bagi investor yang serius tentang dividend investing. Dalam artikel ini, kita akan membahas cara analisa saham dividen dan memilih saham dividen terbaik berdasarkan analisa fundamental saham yang mendalam.

Apa Itu Saham Dividen?

Saham dividen adalah saham perusahaan yang secara rutin membagikan sebagian dari laba bersihnya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Saham ini biasanya berasal dari perusahaan dengan bisnis stabil, yang cocok untuk investasi jangka panjang.

Dengan fokus pada analisa fundamental, Anda bisa memastikan saham dividen yang Anda pilih tidak hanya membayar dividen tinggi tetapi juga memiliki prospek bisnis yang solid.

Cara Memilih Saham Dividen Terbaik untuk Dividend Investing

Berikut adalah langkah-langkah memilih saham dividen berkualitas tinggi, yang dioptimalkan untuk tujuan investasi jangka panjang:

1. Pilih Saham dengan Dividend Yield yang Menarik

Dividend yield adalah indikator awal untuk mengukur potensi pendapatan pasif dari saham dividen. Rumusnya adalah:

Dividend Yield = (Dividen per Saham ÷ Harga Saham) x 100%

Tips Memilih:

  • Cari saham dengan yield antara 4%-15%. Terlalu tinggi (>15%) bisa menandakan risiko, seperti penurunan harga saham karena kinerja perusahaan memburuk. itu juga bisa jadi pertanda kalau perusahaan membagikan terlalu banyak dividen yang membuat mereka gak punya uang untuk investasi untuk ekspansi bisnis.
  • Hindari yield terlalu rendah (<4%), terutama jika Anda mengutamakan pendapatan dividen.

Sebagai contoh, saham Bank Jatim (BJTM) & Bank BJB (BJBR) sering menawarkan dividend yield sekitar 7% – 9%, menjadikannya salah satu saham dividen terbaik di Indonesia.

2. Perhatikan Dividend Payout Ratio (DPR)

Dividend Payout Ratio (DPR) menunjukkan berapa persen dari laba bersih perusahaan yang dibagikan sebagai dividen.

  • Rekomendasi Ideal:
    • DPR antara 40%-60% menunjukkan keseimbangan antara pembayaran dividen dan reinvestasi bisnis.
    • DPR terlalu tinggi (>80%) bisa menjadi tanda perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk ekspansi bisnis.

Contoh:
Astra International (ASII) menjaga DPR moderat sekitar 60%, memungkinkan mereka membayar dividen sambil tetap mendanai ekspansi bisnis.

3. Lihat Konsistensi Pembayaran Dividen

Konsistensi adalah kunci dalam dividend investing. Saham dividen terbaik memiliki rekam jejak pembayaran dividen yang stabil atau meningkat.

  • Apa yang Harus Diperhatikan:
    • Riwayat pembayaran dividen dalam 5-10 tahun terakhir.
    • Peningkatan dividen per saham secara konsisten menunjukkan pertumbuhan bisnis yang sehat.

Contoh:
Bank Pembangunan Jawa Timur (BJTM) dikenal sebagai salah satu emiten yang konsisten membayar dividen setiap tahun, meski pertumbuhan laba relatif stagnan.

4. Evaluasi Pertumbuhan Laba Bersih

Laba bersih adalah sumber utama dividen. Jika laba perusahaan tumbuh, potensi kenaikan dividen juga meningkat.

  • Langkah Analisa:
    • Lihat laporan keuangan untuk tren pertumbuhan laba bersih dalam 5-10 tahun terakhir.
    • Hindari perusahaan dengan laba bersih yang menurun atau stagnan.

5. Analisa Arus Kas Operasional

Dividen hanya bisa dibayarkan jika perusahaan memiliki arus kas yang cukup, terlepas dari laba bersih.

  • Fokus pada:
    • Operating cash flow (arus kas operasional) yang positif dan stabil.
    • Free cash flow (arus kas bebas) setelah memperhitungkan belanja modal (capital expenditure).

Contoh:
Saham dividen seperti Perusahaan Gas Negara (PGAS) memiliki tantangan arus kas fluktuatif, yang dapat memengaruhi kebijakan dividen mereka.

6. Tinjau Kesehatan Neraca Keuangan

Neraca keuangan yang sehat memastikan perusahaan dapat bertahan dalam situasi ekonomi sulit tanpa mengorbankan dividen.

  • Analisa:
    • Rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio): idealnya <1 untuk sektor non-keuangan.
    • Rasio lancar (Current Ratio): harus di atas 1 untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek.

7. Pilih Sektor yang Stabil

Saham dividen terbaik biasanya berasal dari sektor yang stabil, seperti perbankan, utilitas, atau consumer goods.

  • Rekomendasi:
    • Hindari sektor siklikal seperti pertambangan jika tujuan utama Anda adalah pendapatan dividen jangka panjang.
    • Fokus pada sektor dengan permintaan stabil dan cenderung bertahan dalam berbagai kondisi ekonomi.

Contoh:
Saham perbankan seperti Bank Negara Indonesia (BBNI) sering menjadi pilihan populer untuk investasi saham jangka panjang.

8. Perhatikan Valuasi Saham

Membeli saham dividen dengan valuasi terlalu tinggi dapat mengurangi keuntungan Anda.

  • Indikator Valuasi:
    • Price-to-Earnings Ratio (P/E): pastikan tidak terlalu tinggi dibanding rata-rata sektor.
    • Price-to-Book Ratio (P/B): cocok digunakan untuk menilai saham perbankan.

Contoh:
Bank Mandiri (BMRI) memiliki valuasi yang relatif menarik dengan P/E di bawah rata-rata sektor perbankan, menjadikannya pilihan solid untuk dividend investing.

Kesimpulan : Cara Analisa Saham Dividen Terbaik Untuk Dividend Investing

Memilih saham dividen untuk investasi membutuhkan analisa fundamental yang mendalam. Fokuslah pada perusahaan dengan dividend yield stabil, payout ratio yang sehat, dan neraca keuangan yang kuat. Dengan strategi dividend investing yang tepat, Anda bisa membangun portofolio saham terbaik untuk investasi jangka panjang sekaligus menikmati pendapatan pasif yang konsisten.

Semoga panduan ini membantu Anda memilih saham dividen terbaik untuk mencapai tujuan keuangan Anda. Jangan lupa untuk terus belajar dan melakukan analisa saham sebelum membuat keputusan investasi.


Baca Artikel Lainnya