Investasi Peduli Lingkungan & Sosial (Investasi ESG) : Ikut-ikutan Tren atau Penting Untuk Masa Depan ?

Beberapa tahun belakangan ini, mungkin Anda sering mendengar istilah “ESG” disebut-sebut dalam dunia investasi. Apalagi di tahun 2025 ini, rasanya makin kencang saja gaungnya. Sebenarnya apa sih ESG itu? ESG adalah singkatan dari tiga kata dalam bahasa Inggris: Environment (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jadi, investasi ESG / ESG Investing itu artinya kita memilih perusahaan untuk tempat berinvestasi tidak hanya berdasarkan potensi keuntungannya saja, tapi juga melihat bagaimana perusahaan tersebut memperlakukan lingkungannya, bagaimana dampaknya terhadap masyarakat dan karyawannya, serta seberapa baik dan benar perusahaan itu dikelola.

Contohnya begini:

  • E – Lingkungan : Apakah perusahaan itu boros energi atau malah berusaha pakai energi terbarukan? Bagaimana mereka mengelola limbahnya, apakah mencemari sungai atau tidak? Apakah mereka peduli dengan isu perubahan iklim?
  • S – Sosial : Bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya? Apakah gajinya layak, keselamatannya terjamin? Bagaimana hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar pabriknya? Apakah produknya aman dan bermanfaat bagi konsumen?
  • G – Tata Kelola : Apakah perusahaan itu dijalankan dengan jujur, transparan, dan adil? Apakah ada praktik korupsi atau skandal di dalamnya? Bagaimana hak-hak pemegang saham minoritas seperti kita dilindungi?

Kenapa ESG ini jadi ramai dibicarakan? Ada beberapa alasan. Kesadaran masyarakat global, termasuk di Indonesia, akan isu lingkungan dan sosial semakin meningkat. Banyak investor, terutama generasi muda, ingin uangnya tidak hanya menghasilkan untung, tapi juga memberikan dampak positif. Selain itu, banyak penelitian mulai menunjukkan bahwa perusahaan yang punya praktik ESG bagus cenderung lebih tahan banting dan berkinerja baik dalam jangka panjang. Pemerintah dan regulator di berbagai negara juga mulai mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan aspek ESG.

Klik disini untuk Konsultasi Investasi Saham 1-On-1

ESG Dulu Dianggap ‘Bonus’, Sekarang Kok Kayak Wajib?

Sebagai seseorang yang sudah mengamati pasar saham lebih dari 20 tahun, saya melihat ada pergeseran menarik. Dulu, sekitar awal tahun 2000-an atau bahkan 2010-an, faktor ESG ini mungkin hanya dianggap sebagai ‘nilai tambah’ atau ‘bonus’. Investor kebanyakan masih fokus utama pada laporan keuangan: berapa laba perusahaan, berapa utangnya, bagaimana prospek pertumbuhannya. Isu lingkungan atau sosial mungkin hanya jadi pertimbangan bagi segelintir investor yang punya idealisme tertentu.

Namun, kini situasinya berbeda. Di tahun 2025 ini, ESG seolah sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari analisis investasi, bahkan bagi investor institusi besar seperti dana pensiun atau manajer investasi global. Kenapa bisa begitu? Salah satu alasannya adalah karena semakin banyak pihak menyadari bahwa praktik ESG yang buruk bisa mendatangkan risiko besar bagi perusahaan. Bayangkan, perusahaan yang mencemari lingkungan bisa kena denda miliaran Rupiah atau ditutup paksa. Perusahaan yang memperlakukan karyawannya dengan buruk bisa menghadapi demo besar-besaran yang mengganggu produksi. Perusahaan yang tata kelolanya amburadul, di mana direksinya suka mengambil keputusan seenaknya tanpa persetujuan pemegang saham, bisa saja tiba-tiba terlilit utang besar atau terlibat skandal. Semua risiko ini, ujung-ujungnya bisa menggerogoti keuntungan perusahaan dan membuat harga sahamnya anjlok. Jadi, memperhatikan ESG kini bukan lagi soal idealisme semata, tapi juga soal manajemen risiko.

investasi ESG

Jadi, Investasi ESG Itu Cuma Tren Biar Kelihatan Keren atau Benar-Benar Pengaruh ke Duit Investor?

Ini pertanyaan yang sering muncul, terutama dari investor pemula. Apakah ESG ini hanya sekadar ikut-ikutan tren global biar perusahaan kelihatan ‘peduli’ dan ‘keren’, atau memang benar-benar punya dampak nyata ke nilai investasi kita? Jawabannya, seperti banyak hal di dunia investasi, tidak hitam putih.

Ada sisi yang melihatnya sebagai potensi tren sesaat atau bahkan ada praktik “greenwashing”. Greenwashing itu istilah untuk perusahaan yang hanya ‘poles luarnya’ saja agar terlihat ramah lingkungan atau peduli sosial, padahal praktiknya di lapangan tidak sebagus itu. Ada juga yang berpendapat bahwa mengukur kinerja ESG itu sulit dan tidak standar, sehingga skor ESG sebuah perusahaan bisa berbeda-beda tergantung lembaga mana yang menilai. Terlalu fokus pada ESG juga dikhawatirkan bisa mengalihkan perhatian dari hal paling penting bagi investor, yaitu kemampuan perusahaan mencetak laba.

Namun, di sisi lain, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa ESG punya dampak fundamental. Perusahaan yang benar-benar menjalankan praktik ESG yang baik cenderung:

  • Lebih efisien: Misalnya, perusahaan yang hemat energi atau mengurangi limbah, otomatis biaya operasionalnya bisa lebih rendah.
  • Risikonya lebih kecil: Seperti dibahas tadi, risiko denda, tuntutan hukum, atau reputasi buruk bisa berkurang.
  • Lebih inovatif: Tekanan untuk lebih ramah lingkungan seringkali mendorong perusahaan mencari solusi baru yang lebih efisien dan berkelanjutan.
  • Lebih disukai karyawan dan konsumen: Karyawan akan lebih loyal dan produktif di perusahaan yang peduli. Konsumen juga makin banyak yang memilih produk dari perusahaan yang bertanggung jawab.
  • Lebih mudah dapat pendanaan: Banyak lembaga keuangan global kini punya syarat ESG untuk memberikan pinjaman atau investasi. Semua ini, secara langsung maupun tidak langsung, bisa meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, dan ujungnya berdampak positif pada harga sahamnya.

Bagaimana ESG Bisa Mempengaruhi ‘Harga Wajar’ Saham?

Sebagai investor, kita tentu ingin membeli saham di harga yang ‘wajar’ atau bahkan ‘murah’. Cara menilai harga wajar ini disebut valuasi saham. Nah, bagaimana faktor ESG masuk dalam hitungan valuasi? Ada beberapa cara: Pertama, ESG bisa mempengaruhi tingkat risiko sebuah perusahaan. Perusahaan dengan praktik ESG buruk (misalnya sering mencemari lingkungan atau banyak masalah dengan karyawan) dianggap lebih berisiko. Investor biasanya akan meminta ‘imbal hasil’ lebih tinggi untuk mau berinvestasi di perusahaan berisiko tinggi, yang artinya harga saham perusahaan tersebut bisa dinilai lebih rendah. Kedua, ESG bisa mempengaruhi prospek pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang menjadi pelopor di bidang energi terbarukan atau produk ramah lingkungan, misalnya, mungkin dilihat punya peluang tumbuh lebih besar di masa depan dibandingkan perusahaan yang masih bergantung pada teknologi lama yang merusak lingkungan. Prospek pertumbuhan yang lebih baik ini bisa membuat harga sahamnya dinilai lebih tinggi. Ketiga, praktik ESG yang baik bisa menciptakan efisiensi operasional yang ujungnya meningkatkan laba. Tata kelola perusahaan yang baik juga mengurangi risiko kebocoran dana atau penipuan, sehingga laba perusahaan lebih terjaga. Laba yang lebih tinggi dan stabil tentu akan membuat sahamnya lebih menarik. Keempat, ESG juga menyangkut hal-hal yang tidak terlihat langsung di laporan keuangan, seperti reputasi merek, loyalitas pelanggan, dan semangat kerja karyawan. Ini semua adalah aset tak berwujud yang sangat berharga dan bisa meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.

Tantangan Mengukur ESG : Nggak Semudah Lihat Laporan Keuangan

Meskipun penting, harus diakui bahwa mengukur kinerja ESG sebuah perusahaan itu tidak semudah membaca laporan laba rugi atau neraca keuangan. Laporan keuangan punya standar akuntansi yang jelas dan berlaku umum. Sementara untuk ESG, standarnya masih terus berkembang dan belum seragam di seluruh dunia. Ada banyak lembaga berbeda yang mengeluarkan peringkat atau skor ESG, dan metodologi mereka bisa berbeda-beda. Akibatnya, satu perusahaan bisa dapat skor ESG yang bagus dari satu lembaga, tapi skornya biasa saja dari lembaga lain. Ini tentu jadi tantangan tersendiri bagi investor untuk benar-benar menilai kualitas ESG sebuah perusahaan dan menghindari praktik greenwashing.

investasi ESG

Buat Investor Pemula, Bagaimana Menyikapi ESG?

Sebagai investor pemula, Anda tidak perlu bingung atau merasa terbebani dengan isu ESG ini. Berikut beberapa tips sederhana:

  1. Jangan telan mentah-mentah skor ESG: Kalau ada yang bilang saham A bagus karena skor ESG-nya tinggi, coba cari tahu lebih lanjut. Kenapa skornya tinggi? Aspek apa yang menonjol? Apakah benar-benar dijalankan atau hanya di atas kertas?
  2. Seimbangkan dengan analisis fundamental lainnya: ESG itu penting, tapi bukan satu-satunya faktor. Tetap perhatikan kondisi keuangan perusahaan, bagaimana labanya, berapa utangnya, bagaimana prospek bisnis utamanya. Anggap ESG sebagai salah satu ‘kepingan puzzle’ dalam menilai sebuah saham.
  3. Sesuaikan dengan nilai-nilai pribadi Anda: Jika Anda punya kepedulian khusus terhadap isu tertentu (misalnya tidak mau investasi di perusahaan rokok atau yang merusak hutan), Anda bisa menggunakan filter ESG untuk menyaring pilihan investasi Anda.
  4. Berpikir jangka panjang: Dampak positif dari praktik ESG yang baik biasanya baru terasa dalam jangka panjang. Jadi, kalau Anda memang investor jangka panjang, memperhatikan ESG bisa jadi strategi yang baik.

Mau belajar saham lebih lanjut? Yuk kunjungi Channel YouTube Todopedia untuk video-video investasi terbaru !!

Kesimpulan : Investasi ESG Bukan Cuma Basa-Basi, Tapi Perlu Dilihat Kritis

Jadi, apakah investasi ESG ini sekadar tren atau sudah jadi faktor fundamental baru dalam menilai saham? Menurut pandangan saya, setelah lebih dari 20 tahun di pasar, ESG sudah bergerak melampaui sekadar tren atau basa-basi. Kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab perusahaan sudah semakin meluas dan mulai terintegrasi dalam keputusan investasi. Aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola kini semakin dilihat sebagai cerminan dari risiko dan peluang jangka panjang sebuah perusahaan. Banyak investor dan lembaga keuangan besar kini menganggapnya sebagai bagian penting dari analisis fundamental.


Baca Artikel Lainnya