Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian dunia terhadap isu perubahan iklim dan keberlanjutan semakin meningkat. Energi terbarukan muncul sebagai solusi utama untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor energi terbarukan. Dalam konteks investasi, sektor renewable energy & saham renewable energy tidak hanya menjanjikan prospek masa depan yang bagus, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan pencapaian target pengurangan emisi. Artikel ini akan membahas gimana prospek saham renewable energy, dan berbagai aspek terkait investasi di sektor energi terbarukan, termasuk jenis-jenisnya, prospek bisnis, serta analisis SWOT yang dapat membantu investor dalam merumuskan strategi investasi yang tepat.

Memahami Jenis Energi Terbarukan
Energi terbarukan merujuk pada sumber daya alam yang mampu diperbarui secara berkelanjutan, terdiri dari lima jenis utama:
- Biomassa – Memanfaatkan limbah organik, kayu, dan sampah kota untuk menghasilkan listrik. Teknologi gasifikasi biomassa di Indonesia mulai berkembang, terutama di daerah perkebunan kelapa sawit.
- Panas Bumi (Geothermal) – Memanfaatkan panas dari perut bumi, dengan potensi cadangan mencapai 29 GW (40% cadangan global) namun baru 2,1 GW yang termanfaatkan.
- Hidro – Pembangkit listrik tenaga air skala kecil (mikrohidro) menjadi pilihan di wilayah terpencil.
- Surya – Pertumbuhan PLTS atap komersial meningkat 217% sejak 2023 didorong insentif pemerintah.
- Angin – Proyek turbin angin lepas pantai di Sulawesi dan NTT mulai dikembangkan sejak 2024.

Proyeksi Investasi Jangka Panjang
Tiga faktor fundamental membuat energi terbarukan menjadi pilar portofolio 2025-2040 :
Pertumbuhan Eksponensial – Laporan IEA memprediksi kapasitas energi terbarukan global akan tumbuh 2,400 GW dalam 5 tahun ke depan, setara dengan seluruh kapasitas listrik Tiongkok saat ini. Di Indonesia, RUPTL 2024-2033 mengalokasikan 51.6% pembangkit baru dari EBT.
Disrupsi Biaya – Biaya LCOE (Levelized Cost of Energy) PLTS turun 89% sejak 2010, lebih murah daripada batubara baru. Proyeksi IRENA menunjukkan energi terbarukan bisa menghemat USD 1.6 triliun biaya kesehatan global tahunan akibat polusi.
Dukungan Sistemik – Skema carbon tax USD 2.1/ton CO2 yang berlaku 2025 meningkatkan daya saing EBT. Bank Dunia mengalokasikan USD 500 juta untuk transisi energi Indonesia melalui program CTF (Clean Technology Fund).
Cek Artikel Premium : Gimana Prospek Investasi di Saham Renewable Energy
Prospek Bisnis : Dari Hulu ke Hilir
Supply Chain dari industri energi terbarukan menawarkan tiga segmen potensial :
1. Manufaktur Komponen – Permintaan panel surya lokal diproyeksikan tumbuh 30% CAGR 2025-2030. Produsen seperti DSSA (Dian Swastatika) mengembangkan pabrik sel surya berkapasitas 1.2 GW/tahun.
2. Pengembang Proyek – BREN (Barito Renewables) menguasai 85% pasar geothermal melalui anak usaha Star Energy. Proyek 3.5 GW di Garut akan menjadi kompleks geothermal terbesar ASEAN.
3. Enabler Teknologi – KEEN (Kencana Energy) fokus pada sistem baterai lithium dan smart grid untuk integrasi EBT. ADRO (Alam Tri Resources) berinvestasi dalam teknologi CCUS (Carbon Capture) untuk transisi energi.
Katalis Positif vs Risiko
Pendorong Pertumbuhan :
- Skema insentif pajak super deduction 300% untuk investasi EBT
- Permintaan industri hijau (kendaraan listrik, pabrik baja ramah lingkungan)
- Teknologi penyimpanan energi yang turun 40% biaya sejak 2022
Tantangan Potensial :
- Volatilitas harga komoditas mineral pendukung (nikel, tembaga)
- Keterbatasan infrastruktur transmisi Jawa-Bali-Nusa Tenggara
- Resiko regulasi terkait tumpang tindih kebijakan pusat-daerah
Analisis SWOT Sektor Renewable Energy
Kekuatan (Strength) :
- Sumber daya melimpah (cahaya matahari 4.8 kWh/m²/hari, geothermal 40% cadangan dunia)
- Dukungan kebijakan Omnibus Law UU Cipta Kerja klaster energi
- Permintaan industri hijau (EV battery, smelter rendah emisi)
Kelemahan (Weakness) :
- Tingkat utilisasi PLTS hanya 18-22% akibat masalah integrasi grid
- Ketergantungan impor teknologi (80% panel surya masih diimpor)
- Rasio elektrifikasi daerah timur Indonesia di bawah 65%
Peluang (Opportunity) :
- Potensi ekspor hidrogen hijau ke Jepang dan Korea Selatan
- Skema pembiayaan blended finance melalui Just Energy Transition Partnership
- Pengembangan industri turunan (bioavtur, green ammonia)
Ancaman (Threat) :
- Fluktuasi kebijakan subsidi energi fosil
- Persaingan dengan produsen regional (Vietnam, Malaysia)
- Risiko perubahan pola curah hujan mempengaruhi pembangkit hidro
Saham Renewable Energy Potensial
BREN (Barito Renewables) : Pemain geothermal dengan margin EBITDA 58%, menguasai 1,6 GW kapasitas. Proyeksi kenaikan kapasitas 400 MW/tahun hingga 2027.
DSSA (Dian Swastatika) : Integrator PLTS terintegrasi dari hulu (manufaktur panel) ke hilir (EPC), menargetkan 500 MW proyek PLTS atap pada 2025.
PTBA (Bukit Asam) : Transisi melalui anak usaha PTBA Energi dengan portofolio 200 MW PLTS di bekas tambang. Mengembangkan teknologi coal gasification untuk membuat bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
ITMG (Indo Tambangraya Megah) : Berencana investasi USD 600 juta pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 2×100 MW.
KEEN (Kencana Energy) : Spesialis sistem baterai dengan kontrak penyimpanan energi untuk 50 MW PLTS terapung di Cirata.
Strategi investasi untuk 2025 :
- Pilih emiten dengan debt-to-equity ratio <1x untuk mitigasi risiko suku bunga tinggi
- Prioritaskan perusahaan dengan kontrak jangka panjang (PPA 15-25 tahun)
- Monitor proyek strategic partnership dengan perusahaan global (contoh: BREN & Chevron Geothermal)
- Hindari emiten dengan exposure tinggi pada proyek off-grid tanpa dukungan PLN
Mau belajar saham lebih lanjut? Yuk kunjungi Channel YouTube Todopedia untuk video-video investasi terbaru !!
Turning Point Energi Terbarukan
Tahun 2025 diprediksi menjadi turning point sektor energi terbarukan Indonesia dengan tiga momentum kunci :
- Operasionalisasi PLTS terapung 145 MW di Cirata (terbesar ASEAN)
- Implementasi carbon trading scheme di sektor pembangkit
- Penyelesaian proyek transmisi Jawa-Sumatra 500 kV untuk integrasi EBT
Dengan kombinasi kebijakan progresif, kedewasaan teknologi, dan permintaan industri hijau, sektor energi terbarukan Indonesia siap menjadi primadona portofolio jangka panjang. Investor perlu mempertimbangkan faktor geopolitis, dinamika harga komoditas pendukung, dan konsistensi implementasi regulasi dalam menyusun strategi akumulasi.

